Perkantoran Kota Grogol Permai Blok C15
+62-21 5696 1884
+62-21 566 1666

Ini Potensi dan Tantangan e-Commerce Indonesia

Potensi pertumbuhan bisnis e-commerce di Indonesia diperkirakan cukup besar seiring dengan lonjakan pengguna internet yang pesat. Menurut PT Bank Mandiri (Persero), potensi bisnis e-commerce mencapai Rp30 triliun. Besarnya potensi tersebut, diharapkan pelaku e-commerce dapat memanfaatkan peluang tersebut.

Berdasarkan data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), jumlah transaksi e-commerce mencapai US$12 miliar pada 2014 atau meningkat hampir 50% dari 2013. Diperkirakan nilai transaksi akan terus mengalami peningkatan hingga 10 kali lipat menjadi US$135 miliar pada 2020 mendatang.

Senior Vice President Group Head Electronic Banking Bank Mandiri, Rahmat Broto Triaji mengungkapkan, saat ini jumlah transaksi e-commerce masih sangat kecil sekali meskipun dalam pertumbuhannya sangat pesat sekali. Menurutnya, di Mandiri sendiri, transaksi e-commerce (acquiring) hingga November 2015 sebesar Rp2,3 triliun

Dia mengatakan, transaksi perdagangan e-commerce sudah menjadi bagian hidup dari sebagian masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda dan kelompok masyarakat menengah. Oleh sebab itu, diharapkan dalam kedepannya masyarakat dapat memilih e-commerce dalam melakukan transaksi atau pembelian suatu barang.

“Apalagi, kini telah hadir banyak pelaku bisnis e-commerce di Tanah Air, baik lokal maupun internasional. Kondisi ini menghadirkan potensi bisnis yang sangat prospektif ke depan,” ujar Rahmat di Jakarta, Kamis, 10 Desember 2015.

Bank Mandiri sendiri, memiliki Mandiri e-Cash yang merupakan aplikasi uang elektronik yang bertujuan untuk mendorong penciptaan less-cash society. Mandiri e-Cash, adalah alternatif alat pembayaran elektronik pada transaksi digital maupun pembelian barang yang dapat diunduh melalui akses *141*6# atau di Google Play, App Store, Blackberry App World, Nokia Store.

Hingga November 2015, Bank Mandiri mencatat, jumlah pengguna Mandiri e-Cash tercatat sebanyak lebih dari 1,5 juta nasabah dengan total volume transaksi sebesar Rp1,9 triliun. Sedangkan sampai dengan 2016 mendatang, perseroan menargetkan transaksi Mandiri e-Cash dapat mencapai Rp3,8 triliun.

“E-commerce itu potensinya Rp30 triliun, kalau sekarang masih kecil sekali. Potensi untuk Mandiri e-Cash dalam transaksi online itu sangat besar sekali. Dengan potensi yang besar sekali itu kita melihat jumlah masyarakat kita yang sangat besar ini memungkinkan peluang potensi tersebut,” ucap dia.

Kendati begitu, dia menyatakan masih ada tantangan untuk pengembangan e-commerce ini. Pasalnya, kebiasaan masyarakat dalam bertransaksi atau jual beli yang masih menggunakan uang tunai, menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku bisnis e-commerce. Selain itu, ketidaktahuan masyarakat dalam melakukan transaksi e-commerce juga menjadi tantangan.

“Mandiri e-Cash ini sudah 2 tahun, sampe saat ini pertumbuhan penggunanya cukup besar, klo tahun lalu 200 ribu skrg 1,5 juta. Di dua tahun ini pengguna e-cash paling banyak isi pulsa, transfer, payment seperti transaksi di merchant online dan lainnya. Pertumbuhan transaksinya itu bisa 50%,” tambah Rahmat.

Memang belakangan ini, pamor e-commerce di Indonesia setiap tahun terus naik. Asosiasi e-Commerce Indonesia (IdEA) juga memperkirakan bahwa pada 2016 mendatang, terdapat 8,4 juta pembeli di e-commerce Indonesia, dengan angka penjualan yang dapat mencapai US$4,49 miliar.

Ketua IdEA, Daniel Tumiwa sebelumnya pernah menyatakan, jumlah pembeli terus mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya. Pada 2013, ada sekitar 4,3 juta pembeli dan 2015 ada 7,4 juta orang yang terbiasa berbelanja online. Dengan pertumbuhan ini, menunjukkan bahwa respon masyarakat terhadap e-commerce sangat positif.

“Pertumbuhan tersebut menunjukkan level of acceptance orang Indonesia terhadap eCommerce. Saya percaya ke depannya akan ada lebih banyak orang yang memilih jalur entrepreneurship dan memulai bisnis berbasis internet,” ujar dia beberapa waktu lalu.

Tantangan mengembangkan e-commerce di Indonesia, kata dia, masih didominasi oleh isu keamanan bertransaksi, metode pembayaran, kepercayaan konsumen terhadap penjual dan pengiriman atau logistik. Namun demikian, diharapkan tantangan tersebut akan berkurang sejalan dengan respon positif masyarakat terhadap e-commerce.